Jumat, 23 Oktober 2009

Tips Merawat Payudara

Tips Merawat Payudara

Kelainan pada payudara pastilah merupakan mimpi buruk bagi wanita. Percaya diri lenyap, dan tak jarang memengaruhi hubungan dengan pasangan.
Apa saja kelainan payudara dan bagaimana merawat payudara agar sehat dan indah?
Payudara ternyata juga butuh perawatan agar bisa sehat dan indah terawat. Kelainan pada payudara timbul dalam berbagai bentuk. Ada pula yang karena faktor bawaan, pula karena kelainan hormon. Menurut dr. Sonar Soni Panigoro, SpB.K-Onk dari Klinik Swadana Bedah Tumor RSCM, Jakarta, secara garis besar kelainan-kelainan pada payudara wanita terbagi dalam 5 kelompok besar, yakni:
1. Infeksi Payudara
Infeksi ini terbagi dua, infeksi pada masa menyusui dan infeksi yang umumnya sering terjadi. “Bisa akibat kuman atau virus dari luar yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya, payudara akan membengkak dan muncul keluhan rasa nyeri,” tutur Sonar. Infeksi payudara lebih sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui. Pasalnya, air susu ibu (ASI) merupakan media paling subur bagi pertumbuhan kuman-kuman penyakit. Jika ada hambatan dalam proses pengeluaran air susu, maka kuman jadi lebih mudah masuk.
“Wanita yang sedang menyusui kerap mengeluh demam. Selain itu, payudara akan terasa sakit dan memerah. Kalau infeksi sudah parah, bisa pecah seperti bisul,” tambah Sonar. Namun, bukan tak mungkin infeksi juga dialami wanita yang tidak sedang menyusui. “Ini akibat masuknya kuman pada lapisan kelenjar payudara.”
2. Kelainan Bawaan
Payudara manusia sebenarnya seperti pada binatang. Manusia memiliki 6 pasang payudara. Posisi yang akan menjadi cikal bakal payudara dimulai dari pangkal ketiak hingga selangkangan. Pada saat kehamilan 10 minggu, ini akan hilang, kecuali di kiri-kanan dada. Pada beberapa orang, fase tersebut bisa saja terhambat. “Ini dapat menyebabkan tumbuh payudara lebih dari sepasang. Oleh sebab itu, beberapa wanita memiliki payudara lebih dari sepasang. Bahkan, payudara tambahan ini kadang dilengkapi puting susu juga,” lanjutnya.
Besar-kecilnya kelenjar payudara tambahan ini pun bervariasi. “Lebih sering terjadi, adanya gumpalan kelenjar payudara pada salah satu sisi ketiak. Tapi, ada pula yang kelenjar payudaranya tidak terbentuk sama sekali, atau perkembangan kedua payudara tidak berjalan normal,” tambah Sonar.
Wanita dengan kelainan seperti ini biasanya tak nyaman dengan kondisi tubuhnya. Tak jarang, kelainan bawaan ini membuat wanita kehilangan rasa percaya dirinya. Dokter biasanya akan mengambil langkah operasi estetika. Menurut Sonar, munculnya kelenjar payudara tambahan ini juga perlu diwaspadai. “Soalnya, benjolan yang tumbuh sebagai payudara tambahan ini kemungkinan bisa berkembang menjadi tumor.”
3. Status Hormon
Kelainan hormonal cukup sering dikeluhkan wanita. Timbul nyeri dan pegal pada payudara. Keluhan sering terjadi menjelang atau ketika tiba masa menstruasi. “Rasa sakit bervariasi, ada yang nyeri biasa, tapi ada juga yang merasa nyeri luar biasa,” tutur Sonar.
Payudara disiapkan tubuh untuk memproduksi air susu pada akhir masa kehamilan. Ketika menstruasi, kondisi payudara dipengaruhi oleh hormon kewanitaan. “Ini yang membuat payudara terasa lebih padat dan kencang. Tak jarang disertai munculnya benjolan, selain keluar cairan dari kedua puting susu.” Sonar mengganggap kelainan hormonal ini merupakan reaksi wajar. “Kecuali bila muncul rasa sakit yang hebat, sebaiknya segera kunjungi dokter.”
4. Neoplasma-Tumor
Tumor terbagi tumor jinak dan ganas. “Selama 30 tahun ini, pasien di Indonesia lebih banyak mendatangi dokter setelah tumor yang diidapnya memasuki stadium lanjut,” ungkap Sonar. Hal itu tentu saja mengakibatkan pengobatan medis yang diberikan tidak maksimal.
5. Kelainan lain
Salah satunya adalah trauma pada payudara. “Trauma dapat terjadi karena adanya benturan keras pada payudara,” jelas Sonar.
Oleskan Minyak zaitun
Berkurangnya kekencangan payudara merupakan momok bagi kaum wanita. Oleh sebab itu, payudara perlu dirawat, selayaknya kita merawat bagian tubuh lainnya.
* Kenakan bra untuk menjaga bentuk payudara tetap indah. Pilih ukuran bra yang pas & sesuai agar dapat menopang payudara dengan baik.
* Bersihkan secara rutin daerah seputar puting susu dengan kapas yang dibasahi air hangat.Oleskan minyak zaitun pada payudara untuk menjaga kelembaban. Agar hasilnya lebih maksimal, lakukan pijatan ringan dengan gerakan lembut.
* Lakukan senam ringan dengan fokus untuk memperkuat otot dada.
Awas Kanker Payudara
Gejala awal penyakit yang jadi momok wanita ini ditandai munculnya benjolan sebesar kelereng.
Benjolan ini tak teraba dengan tangan ketika ukurannya masih kecil. Selain itu, salah satu puting susu mengeluarkan cairan berwarna merah dan berbekas di bra. Jika gejala ini muncul, sebaiknya segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit paling mematikan di Indonesia. “Ini karena beberapa faktor. Bisa jadi mereka enggak tahu atau merasa malu berobat. Kebanyakan pasien lebih memilih pengobatan alternatif. Mereka mendatangi dokter setelah penyakitnya mencapai stadium lanjut,” papar Sonar.
Salah satu upaya mengetahui kelainan pada payudara adalah dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI dapat dilakukan 7-10 hari sesudah menstruasi hari terakhir. Untuk membantu proses ini, oleskan sedikit minyak zaitun atau busa sabun mandi di permukaan payudara. Ini akan memperlicin permukaan payudara. Selain itu tangan menjadi lebih sensitif meraba kemungkinan adanya benjolan di payudara.
Langkah-langkah melakukan SADARI:
* Dalam posisi berbaring telentang, letakkan tangan kanan di bawah kepala. Letakkan sebuah bantal kecil di bawah punggung sebelah kanan.
* Raba seluruh bagian payudara sebelah kanan dengan menggunakan 3 ujung jari tengah yang dirapatkan.
* Lakukan gerakan memutar dan tekanan lembut tetapi mantap. Lakukan gerakan ini mulai dari bagian pinggir searah jarum jam.
* Ulangi gerakan serupa pada payudara sebelah kiri. Rasakan dan perhatikan dengan seksama, apabila muncul benjolan yang mencurigakan.
* Tekan pelan-pelan daerah di sekitar puting. Perhatikan, apakah puting mengeluarkan cairan yang tidak normal.
* Dalam posisi berdiri dan lengan lurus ke bawah, teliti kedua payudara di depan cermin. Perhatikan, bila ada benjolan atau perubahan bentuk payudara.
* Angkat kedua lengan lurus ke atas. Ulangi langkah di atas.
Jangan Asal Besar
Besar-kecilnya ukuran payudara memang relatif, tak sama pada masing-masing wanita.
Namun, ada asumsi, payudara yang besar akan lebih indah. Akibatnya, banyak wanita yang merasa tak puas dengan ukuran payudara mereka dan berusaha melakukan rekonstruksi payudara, baik dengan operasi payudara maupun pemakaian obat-obatan yang dipercaya bisa membesarkan ukuran payudara.
“Tindakan operasi payudara tidak boleh dilakukan sembarangan, seperti yang terjadi di salon-salon kecantikan, misalnya,” ujar Sonar. Operasi pembesaran payudara sebaiknya dilakukan dokter ahli bedah estetika. Pasalnya, pembesaran payudara secara ilegal dapat berakibat fatal. Pada beberapa kasus, akibat fatal terjadi karena penyuntikan silikon cair pada kelenjar payudara. “Silikon menyebar dan bereaksi dengan organ tubuh lainnya. Ini sangat berbahaya,” lanjut Sonar. “Yang benar adalah dengan silikon dalam kantung yang ditanam pada kelenjar payudara. Tindakan ini aman selama dilakukan dengan benar.”
Belakangan juga banyak beredar produk perawatan untuk memperbesar ukuran payudara. Sebagian wanita ada yang mencoba produk berbentuk krim untuk membesarkan payudara.
“Tapi ini pun belum terbukti efektif. Perkembangan payudara hanya bisa dipengaruhi oleh faktor hormonal,” tukas Sonar. Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon juga tidak disarankan. Pasalnya, hal itu dapat menyebabkan efek samping tertentu, seperti kenaikan berat badan dan munculnya kelainan lain. (dari berbagai sumber)


kerja sambilan kerja sampingan manfaat rosela cara cari uang cari uang cari duit peluang cari duit peluang cari uang lowongan kerja terbaru lowongan pekerjaan rosela Yesus Kristus Tuhan Yesus pasang iklan gratis iklan gratis iklan baris pasang iklan iklan baris gratis formula jutawan jutawan online jutawan internet
________________________________________

Jumat, 18 September 2009

TEKNIK SEDERHANA PEMIJATAN PAYUDARA

TEKNIK SEDERHANA PEMIJATAN PAYUDARA:
1. Pemijatan dapat dilakukan 3-5 kali dalam seminggu dengan waktu 5 sampai 10 menit setiap kali pemijatan, untuk menstimulasi pengeluaran hormone dari payudara dan ovarium (indung telur) serta mencegah pembentukan racun di saluran getah bening dan jaringan payudara.
2. Gunakan minyak sebagai pelumas saat melakukan pemijatan. Baby-oil, olive oil (minyak zaitun) yang khusus untuk kecantikan kulit, minyak biji almon atau apricot juga sangat baik digunakan (banyak digunakan di Barat). Jika alergi terhadap berbagai minyak tesebut, minyak kelapa ternyata juga sangat cock sebagai pelumas pemijatan.
3. Saat pemijatan, penggunakan krim atau serum pembesar payudara dapat juga disertakan. Tapi yang paling penting disini adalah pemijatannya.
4. Pijatlah payudara dengan lembut, gunakan minyak sebagi pelumas. Pijatan yang terlalu keras (kuat) justru akan membuat payudara sakit. Gunakan telapak tangan atau ujung jari-jari anda saat memijat untuk membuang racun-racun dari payudara melalui system kelenjar getah bening.
5. Letakkan kedua tangan di kedua payudara, mulailah gerakan memutar ke seluruh bagian payudara. Pijatlah juga payudara dari bawah ketiak ke depan, dari bagian bawah payudara ke arah atas.
6. Letakkan tangan di bagian bawah payudara, perlahan angkat payudara ke atas, gunakan gerakan perlahan disertai tekanan telapak tangan dengan lembut.
7. Hindari bra berkawat, jika di rumah ataupun saat tidur. Usahakan untuk tidak terlalu sering menggunakan bra berkawat karena bra model ini jika digunakan sebagai bra sehari-hari akan merusak jaringan payudara yang bersifat lembut serta menghambat aliran darah, oksigen dan cairan getah bening dengan baik, akibat tekanan yang ditimbulkan oleh kawat bra.
Menurut saya pribadi, pijat payudara merupakan “a wonderful way” untuk menjaga kesehatan payudara secara keseluruhan serta mampu memberikan efek pembesaran payudara secara alami.
Dengan melakukan pemijatan payudara secara teratur akan membantu payudara untuk mempertahankan kelembutan dan kekencangannya. Dan yang paling penting, pijat payudara akan membantu keseimbangan hormone dalam system endokrin tubuh.
Sumber : Tanya Richardson, Michigan, USA

Pengangkatan payudara

Rekan semua, tumor payudara merupakan satu bentuk ketidaknormalan perkembangbiakan sel yang ada di dalam jaringan payudara. Tumor (benjolan) ini meski ada yang bersifat jinak, namun jika semakin membesar, akan lebih baik jika diangkat untuk diketahui secara tepat dan lebih awal apakah benar jinak atau ganas. Lumpektomi merupakan tindak lanjut dari hasil biopsi yang saya uraikan pada tulisan terdahulu. Siapa wanita yang dapat dan tidak dapat menjalani lumpektomi? Bagaimana prosedur sebelum, saat, dan sesudah operasi? Pada tulisan ini saya coba uraikan secara ringkas berikut ilustrasinya, yang mungkin bagi sebagian rekan akan sedikit mengerikan. Namun saya lakukan ini agar rekan semua semakin peduli untuk merawat payudara dan memperhatikan kesehatannya. Yuk kita simak bersama…
Lumpektomi (lumpectomy) merupakan tindak operasi penyelamatan payudara, dengan mengambil/mengangkat tumor (benjolan) bersama jaringan normal payudara di sekitarnya. Prosedur penyelamatan payudara dapat dilakukan dengan anestesi (bius) lokal ataupun total .
Wanita yang dapat menjalani operasi lumpektomi adalah wanita yang:
1. Memiliki tumor tunggal dengan diameter kurang dari 5 cm,
2. Memiliki cukup jaringan normal sehingga pengangkatan tidak menghilangkan payudara,
3. Secara medis layak menjalani operasi pembedahan dan terapi radiasi lanjutan.
Lumpektomi biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi yang merupakan standar terapi untuk wanita dengan kriteria seperti diatas. Penelitian lebih besar menunjukkan bahwa wanita yang menjalani penyelamatan payudara dengan terapi radiasi dan pengangkatan payudara secara menyeluruh memiliki tingkat bertahan hidup yang hampir sama . Namun, lumpektomi lebih memberikan hasil kosmestik (penampilan) payudara yang lebih baik.
Wanita yang tidak boleh menjalani lumpektomi adalah wanita yang:
1. Memiliki tumor jamak (banyak) dalam satu payudara,
2. Menjalani terapi radiasi payudara untuk penanganan awal kanker payudara,
3. Sedang hamil, sehingga harus menghindari terapi radiasi.
Prosedur Pembedahan
Bedah lumpektomi dilakukan dibawah anestesi (bius) lokal ataupun total dan membutuhkan waktu antara satu sampai dua jam. Penjepit metalik kecil akan dimasukkan untuk memberi tanda area serta mempermudah terapis melakukan perawatan. Simpul limfe (getah bening) juga akan diperiksa saat itu juga, saat jaringan payudara diangkat. Irisan akan dilakukan di bawah ketiak atau dengan membuat irisan terpisah di bawah tangan.
Prosedur Lumpektomi, Persiapan, Pembedahan, Pengangkatan Tumor, dan Penutupan
(sumber : http://www.airahospital.org)
Cairan biru atau zat radioaktif akan disuntikkan di sekitar puting. Zat tersebut akan diserap simpul limfe dan akan membantu mengidentifikasi simpul limfe mana yang harus diangkat . Prosedur ini juga disebut sebagai biopsy simpul limfe sentinel (sentinel lymph node biopsy).
Posisi Payudara dan Simpul Limfe (Getah Bening)
.
Jaringan yang diangkat akan dikirim ke laboratorium patologi dan diuji untuk mengidentifikasikan tipe tumor, simpul limfe yang telah mengandung sel tumor, serta menguji tumor terhadap sensitivitas hormonal (reseptor estrogen dan progesterone).
Pengujian khusus juga dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kesembuhan dan penanganan seperti uji HER2 dan oncotyping. Oncotype adalah uji diagnostik dilakukan pada stadium awal kanker. Uji ini akan menunjukkan kualifikasi kemungkinan munculnya kembali kanker payudara serta menentukan tipe kemoterapi yang cocok. Hasilnya akan didapatkan beberapa hari setelah pengujian.
Sebelum operasi dilakukan, dokter akan mempersiapkan:
1. Penjelasan dan gambaran prosedur pembedahan,
2. Informasi tentang pemulihan dan perawatan lanjutan.
Setelah pembedahan, pasien wajib memantau terjadinya komplikasi seperti infeksi atau lymphedema (pembengkakan lengan dan tangan). Segera laporkankepada dokter jika terjadi komplikasi yang ditandai adanya pembengkakan, pengumpulan cairan, kemerahan, atau tanda lain infeksi.
Penderita Lymphedema, Sebelum dam Sesudah Perawatan
Setelah menjalani operasi payudara, seorang wanita harus menjaga kondisi tubuhnya. Tidak boleh mengangkat barang dengan tangan pada sisi yang sama dengan payudara yang dioperasi setidaknya satu tahun. Kondisi tubuh harus tetap bersih, tidak boleh lembab dan dan harus terhindar dari luka.
Hal ini menjadi lebih kritis bila terjadi komplikasi lymphedema atau penumpukan cairan limfe karena simpul dan pembuluh limfe yang tersumbat/rusak akibat operasi. Cairan limfe atau getah bening merupakan cairan yang sangat kaya dengan protein, sehingga jika terjadi luka akan sangat cepat mengalami proses pembusukan. Lymphedema tidak jarang menimbulkan kematian.
Sumber:
http://www.webmd.com
http://www.youtube.com/watch?v=WUoqsBxgXWI
http://www.pennhealth.com
http://www.airahospital.org

Biopsi Payudara

Rekan semua, untuk mengetahui adanya kanker pada payudara, selain dengan pemeriksaan yang bersifat pencitraan (gambar), juga dapat dengan cara mengambil contoh jaringan payudara. Tahukah rekan-rekan tentang biopsi payudara? Bagaimana biopsi dilakukan? Adakah tipe-tipenya? Berikut ini tulisan yang saya rangkum dari berbagai sumber…
Biopsi payudara (breast biopsy) merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat di bawah lensa mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker payudara. Tindak biopsy payudara biasanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut benjolan payudara yang ditemukan saat pemeriksaan dengan mammogram atau USG payudara.
Hasil biopsy payudara akan memberikan jawaban apakah contoh jaringan payudara pada benjolan merupakan bersifat kanker-ganas (malignant) atau non kanker-jinak (benign).
Terdapat beberapa cara untuk melakukan biopsy payudara.
Yang umum dilakukan adalah:
1. Fine-needle aspiration biopsy (FNA) – menggunakan jarum kecil yang dimasukkan melalui kulit payudara dan dari ujung jarum tersebut, contoh jaringan diambil untukkemudian diperiksa. FNA biasanya digunakan untuk mengambil contoh jaringan benjolan yang padat atau berisi cairan (kista). Jika benar kista, maka akan kempis setelah semua cairan diambil. Jika tidak ada cairan, tipe biopsy lain akan dilakukan.

2. Core needle biopsy – menggunakan jarum yang lebih besar dengan bentuk ujung yang khusus. Jarum dimasukkan, menembus kulit sampai ke benjolan, dan contoh jaringan diambil seukuran ujung pensil. Biopsi jenis ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan unit penyedot yang secara perlahan akan mengambil contoh jaringan yang lebih besar.

3. Stereotactic biopsy – menggunakan sinar X tipe khusus dengan jarum yang sama tipenya dengan core needle biopsy. Teknik ini dapat menemukan benjolan yang tidak dapat dirasakan dengan rabaan, tetapi terlihat saat pemeriksaan dengan mammogram atau USG payudara. Sayatan kecil dibuat di kulit payudara untuk memudahkan jarum masuk ke payudara dengan panduan sinar X. Stereotactic biopsy hanya diberlakukan untuk kasus-kasus tertentu dan hanya dokter ahli yang mengijinkan dilakukannya biopsy ini.

4. Open biopsy – biopsy terbuka dengan mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh benjolan. Jika dokter tidak dapat merasakan adanya benjolan, jarum atau kabel khusus akan dimasukkan ke area yang dicurigai saat pemeriksaan mammogram sebelum pembedahan dilakukan. Gambar jarum atau kabel tersebut akan membantu dokter menentukan area di mana benjolan terjadi dan menentukan sayatan bedah yang harus dilakukan untuk mengambil benjolan tersebut.

Pemeriksaan dan biopsy lanjutan akan dilakukan jika ditemukan masalah (tanda-tanda adanya kanker) pada biopsi pertama.
Sumber :
http://women.webmd.com
http://nlm.nih.gov
http://healthinformation.centracare.com
http://revolutionhealth.com
http://mayoclinic.com

Suhu Payudara Naik? Awas Kanker Payudara!

Rekan semua, berbagai tanda kanker payudara telah kita ketahui. Perubahan warna kulit, kulit mengkerut, puting tertarik ke dalam, juga keluarnya cairan dari puting merupakan tanda umum kanker payudara. Ternyata ada satu lagi kondisi yang harus kita waspadai. Perubahan suhu payudara! Naiknya suhu payudara ternyata merupakan indikasi gejala ketidaknormalan jaringan payudara. Bagaimana kita dapat mengetahuinya? Yuk kita simak bersama…
Thermografi payudara (breast thermography) merupakan satu prosedur diagnostic yang mencitrakan payudara sebagai langkah deteksi dini kanker payudara. Prosedur thermografi payudara didasarkan pada prinsip bahwa level kimiawi dan aktivitas pembuluh darah pada payudara dengan jaringan pra-kanker hampir selalu lebih tinggi dari payudara normal. Ketika massa pra-kanker dan kanker menjadi jaringan dengan metabolisme tinggi, mereka membutuhkan suplai nutrisi yang melimpah untuk mempertahankan pertumbuhannya.
Untuk itu, mereka meningkatkan sirkulasi selnya dengan memproduksi zat kimia yang mampu membuat pembuluh darah selalu dalam keadaan terbuka, mengaktifkan pembuluh darah yang macet, dan bahkan menciptakan pembuluh darah baru (neoangiogenesis). Proses ini menghasilkan peningkatan suhu di dalam payudara.
Thermografi payudara dilakukan dengan menggunakan kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared cameras) dan computer canggih untuk mendeteksi, menganalisis, serta menghasilkan gambar (citra) diagnostik ber-resolusi tinggi yang mampu menagkap adanya perubahan temperature dan aktivitas pembuluh.
Prosedur berjalan dengan nyaman, tanpa rasa sakit, tanpa radiasi ataupun kompresi sebagaimana pada mamografi Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari pinggang ke atas. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan di di belakang kepala.

Dengan pemeriksaan secara cermat pada perubahan temperature dan pembuluh darah payudara, tanda adanya kemungkinan tumbuhnya sel pra-kanker atau kanker dapat terdeteksi sampai 10 tahun lebih awal jika dibandingkan dengan menggunakan prosedur lain, seperti atau mammography dan ductography. Hal ini dapat terjadi karena thermografi payudara sangat sangat sensitive, sehingga perubahan temperature dan pembuluh darah dapat diketahui, sebagai tanpa paling awal kanker payudara dan atau kondisi pra-kanker payudara.
Thermografi payudara telah diteliti selama lebih dari 30 tahun, dan lebih dari 800 ulasan studi thermografi telah dihasilkan. Selama rentang waktu penelitian tersebut di atas, lebih dari 250.000 wanita berusia 12 tahun ke atas, berpartisipasi di dalamnya,. Hasilnya, menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas thermografi payudara mencapai 90%.
Penetian menunjukkan bahwa:
1. Citra inframerah yang tidaknormal merupakan tanda penting adanya risiko tinggi terjadinya kanker payudara.
2. Wanita dengan sejarah keluarga kanker payudara memiliki risiko 8 kali lipat lebih tinggi dari orang tuanya.
3. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan thermografi berikutnya menandakan risiko terkena kanker payudara di masa mendatang 22 kali lipat lebih tinggi.
4. Ketika wanita dengan ketidaknormalan tersebut menjalani perawatan kesehatan payudara, maka tingkat bertahan hidupnya naik sekitar 61%.
5. Akhirnya, jika digunakan pendekatan multimodal (uji klinis, mamografi, dan thermografi), 95% stadium awal kanker payudara akan terdeteksi.
Hasil positif adanya pertambahan suhu payudara mengindikasikan munculnya berbagai ketidaknormalan payudara seperti mastitis, tumor jinak, kista payudara, kanker payudara, juga penyakit lainnya.
Sebagaimana sidik jari, setiap pasien akan memperlihatkan “peta” payudaranya masing-masing. Pemeriksaan secara regular akan menghasilakn serial gambar “peta” payudara seorang wanita yang dapat menunjukkan tanda awal adanya ketidaknormalan. Pada pasien tanpa kanker, hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk mengindikasikan tingkat risiko munculnya kanker payudara di masa mendatang.
Citra Payudara Sehat dengan Warna Biru dan Hijau
Sebaliknya, pada pasien dengan tanda ketidaknormalan, citra inframerah thermografi memberikan peringatan dini. Dengan melakukan pemeriksaan lanjutan secara teratur dengan thermografi, periksa payudara sendiri, uji klinis, dan uji-uji lainnya, maka pasien tersebut memiliki peluang mendeteksi kanker payudara lebih baik pada stadium awal, serta mencegah pertumbuhan tumor invasif.
Citra Payudara Kiri dengan Ketidaknormalan-Grayscale (Hitam) dan Color (Merah)
Kemampuan thermografi payudara dalam mendeteksi kondisi pra-kanker payudara atau gejala kanker pada stadium yang sangat-sangat dini, terletak pada kemampuan unik untuk menangkap variasi suhu dan perubahan pembuluh darah yang diakibatkan perubahan (paling awal) fungsi jaringan.
Namun bagaimanapun, thermografi payudara ada kekurangannya, yaitu tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan lokasi tumor. Sehingga pemeriksaan thermografi harus diikuti dengan pemeriksaan mamografi dan uji fisik untuk memastikannya.
Thermografi payudara tidak dapat menggantikan mamografi, begitu juga sebaliknya mamografi tidak dapat menggantikan thermografi payudara, kedua saling melengkapi.
Ketika diumumkan bahwa 1 diantara 8 wanita memiliki risiko mengidap kanker payudara, maka wanita (terutama yang memiliki sejarah keluarga pengidap kanker payudara) harus menggunakan semua cara untuk mendeteksi kanker sejak dini agar tingkat kesembuhan dan bertahan hidup kita menjadi lebih tinggi.
Melakukan periksa payudara sendiri, uji fisik, thermografi dan mamografi. Jika kanker terdeteksi pada stadium awal, tingkat kesembuhan mencapai 95%. Dan, thermografi payudara yang mampu menangkap ketidaknormalan payudara pada stadium yang sangat-sangat dini (10 tahun lebih awal), tentunya merupakan sebuah kabar gembira bagi kaum hawa.
Sumber :
www.breastthermography.com
www.thermogramcenter.com
www.tahoma-clinic.com
www.balancedlivingmag.com

USG Payudara. Apa Itu?

Periksa USG. Pasti yang lekat di benak kita adalah periksa kehamilan. Pemeriksaan kandungan yang mampu memberikan informasi kondisi kesehatan juga jenis kelamin si jabang bayi sebelum kelahirannya, saat ini menjadi sebuah keharusan setiap pasangan yang menantikan kelahiran buah hati. Tapi, apakah rekan semua juga pernah mendengar tentang USG payudara? Apa itu USG payudara? Berikut tulisan saya…
USG payudara (breast ultrasound) yang juga dikenal dengan sonography atau ultrasonography, sering digunakan untuk mengevaluasi ketidaknormalan payudara yang ditemukan pada hasil mammography diagnostic atau uji klinis payudara. USG memberi kebebasan orientasi pencitraan payudara hampir dari arah manapun, karena fleksibilitas alat yang digerakkan tangan untuk memeriksa seluruh bagian payudara.
USG sangat bagus untuk mencitrakan kista payudara: kantung bulat, berisi cairan, di dalam payudara. USG dengan cepat dapat menemukan kista (selalu non kanker) ataupun pertambahan volume jaringan padat (dense mass) yang biasanya dirujuk dilakukannya biopsy untuk menentukan apakah jaringan tersebut bersifat ganas (cancerous).
Hasil USG Payudara, Lubang2 Hitam di Sebelah Kiri adalah Kista
Jika hasil pemeriksaan USG dan mammogram keduanya memberikan hasil negative (tidak terlihat tanda adanya kanker), tetapi dokter masih curiga karena adanya massa padat ataupun penebalan payudara, maka seorang pasien akan menjalani proses lanjutan berupa biopsy payudara yang disebut fine needle aspiration biopsy (FNA) di area yang dicurigai tersebut.
Meski USG memiliki kemampuan gambar yang kontras, namun kurang dalam hal detil dan kalah baik dengan hasil mammography tradisional sekalipun. Karenanya badan administrasi makanan dan obat Amerika - U.S. Food and Drug Administration (FDA) tidak merekomendasikan USG payudara sebagai metode deteksi kanker payudara. Lebih jauh, USG digunakan untuk menyelidiki ketidaknormalan yang ditemukan pada hasil mammography atau uji payudara. Saat ini FDA hanya menyetujui mammography sebagai metode deteksi kanker payudara pada wanita tanpa gejala kanker payudara (asymptomatic women).
USG versus Mammography
USG memiliki reseolusi kontras yang sangat baik. USG dapat menemukan kista dan membedakannya dengan area jaringan payudara normal dengan gambar yang jelas. Namun, USG tidak memiliki resolusi spasial yang baik seperti pada mammography sehingga tidak dapat memberikan gambar (citra) sedetil hasil mammography.
Hasil Pencitraan dengan Mammograpgy Digital dan Tradisional
USG juga tidak mampu mendeteksi terjadinya kalsifikasi mikro (microcalcifications), yaitu penumpukan kalsium yang merupakan indikasi pertama terjadinya kanker payudara. Sebaliknya, mammography mampu memberikan citra kalsifikasi dengan sangat baik.
Meski hampir seluruh benjolan payudara dapat ditemukan dengan mammography atau USG, beberapa ketidaknormalan payudara terlewat dari deteksi kedua pemeriksaan ini. Contohnya, benjolan dapat dirasakan, tapi tidak terlihat pada gambar mammography atau USG. Jika hal tersebut terjadi, maka fine needle aspiration biopsy (FNA) akan dilakukan. Kurang dari 30% hasil biopsy yang menunjukkan hasil kanker. Pada kasus dimana ketidaknormalan tidak terlihat pada mammography atau USG, peluang terjadinya kanker payudara sangat kecil.
Kekurangan USG
USG membutuhkan waktu untuk menangkap ketidaknormalan payudara berdasar:
1. Kedalaman lokasi ketidaknormalan di dalam payudara.
2. Faktor peralatan dan operator.
3. Kontras gambar antara jaringan normal dan tidak normal.
USG kurang baik dalam mendeteksi kanker payudara karena :
1. Resolusi spasial yang rendah sehingga tidak mampu menghasilkan gambar detil.
2. Tidak dapat mendeteksi penumpukan kalsium pada tumor payudara.
3. Efektivitsnya sangat bergantung kecakapan dan kerampilan operator.
4. Tidak dapat mendokumentasikan jaringan payudara yang telah diperiksa.
5. Kegagalan hasil (kontras-hitam putih) dapat terjadi.
Bagaimana USG Payudara Dilakukan?

USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar (citra) payudara. Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dipancarkan dari sebuah tranduser ke payudara. Pantulan gelombang suara dari payudara ditangkap oleh tranduser dan kemudian diterjemahkan oleh sebuah komputer menjadi sebuah gambar (citra) yang terlihat di layar monitor.

Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien akan berbaring pada tempat khusus. Payudara akan diolesi dengan gel. Gel tersebut berfungsi sebagai pelumas kulit dan membantu transmisi gelombang suara.
Saat pemeriksaan dimulai, dokter atau petugas akan menggeser-geserkan transduser di payudara. Transduser akan memancarkan dan menangkap pantulan gelombang suara. Komputer akan menganalisis pantulan suara tersebut dan menggambarkannya di layar monitor. Bentuk dan intensitas pantulan begantung pada kepadatan jaringan payudara.
Jika sebuah kista payudara sedang digambarkan, hampir seluruh gelombang suara akan melewati kista serta menghasilkan pantulan yang lemah. Jika tumor payudara yang digambarkan, gelombang suara akan memantul dari benda padat tersebut dan pola pantulannya diterjemahkan oleh komputer menjadi gambar yang dikenali/diindikasikan sebagai massa solid. Selama pemeriksaan pasien akan merasakan sedikit tekanan dari transduser.
Pemeriksaan USG akan berakhir setelah 20 atau 30 menit, namun akan lebih lama jika operator sulit menemukan ketidaknormalan yang dilaporkan. USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.
Sumber :
http://www.cancer.org
http://www.imaginis.com

Mendeteksi Kanker dengan Ductography

Rekan semua, kita telah ketahui bahwa salah satu tanda kanker payudara adalah keluarnya cairan dari puting. Puting, memiliki sekitar 15 sampai 20 lubang ASI dan cairan tersebut keluar dari salah satunya. Bagaimana kita dapat mengetahui saluran susu dan lubang puting mana yang bermasalah? Berikut tulisannya…
Ductography (juga disebut galactography) adalah satu tipe khusus dari pencitraan mammography yang dibuat kontras untuk memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara. Ductography dapat membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan dari puting (nipple discharge) dan sangat baik untuk mendiagnosis intraductal papilloma dan kondisi abnormal lainnya. Papiloma adalah tumor non-kanker yang bentuknya seperti kutil dan memiliki akar dan cabang yang tumbuh di dalam saluran air susu. Papiloma merupakan penyebab paling umum terjadinya nipple discharge.
Pengeluaran cairan dari puting dapat disebabkan tumor non kanker (seperti papiloma) atau tumor kanker . Namun bagaimanapun, mayoritas nipple discharge diakibatkan tumor jinak (non-kanker). Khususnya, cairan berwarna kuning hijau biru atau hitam biasanya dikategorikan tidak mencurigakan.
Sebagai contoh, cairan berwarna biru atau hitam sering berkaitan dengan kista jinak. Cairan yang bercampur darah, tidak berwarna, atau berwarna bening justru lebih mencurigakan, tapi biasanya hasil pemeriksaan lebih lanjut mendiagnosa bahwa kondisinya tidak membahayakan.

Bilateral nipple discharge (cairan keluar dari kedua puting payudara) biasanya tidak berbahaya dan tidak menuntut pemeriksaan dengan ductography atau prosedur yang lain. Namun bagaimanapun juga, semua cairan yang terus menerus keluar dari puting harus dilaporkan kepada dokter untuk diperiksa.
Apakah Semua Wanita Dapat Menjalani Ductography?
Hampir semua wanita dapat melakukan ductography, kecuali wanita dengan kondisi:
1. Wanita dengan alergi berat terhadap media kontras pemeriksaan yang digunakan selama prosedur. (pada beberapa kasus, dimungkinkan melakukan ductography dengan pengobatan awal dan kontras non-ionik karena sebagian kecil kontras sebenarnya diserap tubuh selama prosedur)
2. Wanita yang pernah menjalani operasi puting payudara yang menyebabkan tidak adanya koneksi sama sekali antara puting dengan salurannya. (hasilnya sangat terbatas, namun masih memiliki informasi dalam mendeteksi ketidaknormalan pada satu bagian kecil saluran di bawah puting)
3. Wanita dengan kondisi puting sangat melesak ke dalam (retractive nipple) karena akan membuat prosedur sulit dilakukan.
Berbeda dengan screening mammography dan diagnostic mammography, ductography merupakan satu prosedur yang dikhususkan dan hanya dilakukan pada rumah sakit tertentu oleh ahli radiologi yag berpengalaman dengan ductography. Banyak fasilitas kesehatan melayani screening dan diagnostic mammography, tetapi tidak melayani ductography.
Bagaimana ductography dilakukan?
Prosedur ductography membutuhkan waktu 30 menit hingga 1 jam.Pasien yang dirujuk melakukan ductography semuanya mengalami pengeluaran cairan dari puting. Sebelum menjalankan prosedur, puting akan dibersihkan dan disterilkan dengan alkhohol untuk membersihkan sisa cairan yang kering dan menempel pada puting. Petugas kemudian akan melakukan pijatan pada payudara untuk mendapatkan cairan.
Pasien yang mengalami nipple discharge, akan memiliki titik dimana saat dipencet cairan akan keluar. Setelah mengidentifikasi saluran yang mengeluarkan cairan, petugas radiologi akan menancapkan satu jarum (disebut blunt-tipped cannula) pada area di puting tersebut sementara pasien memegang putingnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Biasanya tanpa tarikan, puting hanya sedikit diarahkan ke bawah, hal ini diperlukan agar cannula dapat masuk ke dalam saluran air susu si pasien.
Cannula, jarum bengkok di bagian ujungnya
Setelah cannula dapat masuk, sedikit cairan radiopaque (media kontras) disuntikkan ke dalam payudara melalui suntikan yang disambungkan ke cannula. Payudara kemudian dicitrakan dengan mammography. Kontras dari unsur radiopaque membantu pencitraan anatomi saluran air susu pada hasil pencitraan. Setelah selesai, puting ditempel plester untuk menghindari keluarnya cairan ke pakaian pasien.
Media kontras radiopaque adalah sebuah cairan obat yang dibuat dari zat yang melemahkan (attenuate) sinar X saat melintasi organ yang mengandung media kontras ini (pada kasus ini saluran air susu di payudara). Saluran air susu yang diisi media kontras akan terlihat lebih cerah dari hasil mamogram dan memungkinkan ahli radiologi melihat dengan lebih baik adanya intraductal papilloma atau ketidaknormalan lainnya yang terjadi. Ketidaknormalan pada payudara untuk sebagai titik hitam di tengah saluran air susu yang terlihat putih.
Hasil Ductography
Hasil ductography:
1. Gambar a. payudara normal
2. Gambar b. payudara dengan duct ectasia
3. Gambar c. payudara dengan luka di saluran susu
4. Gambar d. payudara dengan intraductal papilloma
Jika petugas mengalami kesulitan dalam memasukkan cannula ke dalam saluran payudara, gel bius lokal atau kompres hangat biasa digunakan sebelum prosedur dilakukan kembali. Sebagian dokter melapisi ujung cannula dengan gel bius dan juga dioleskan pada permukaan puting. Jika cannula masih juga sulit masuk, setelah dilakukan tiga upaya tersebut di atas, prosedur biasanya dibatalkan dan dijadwalkan kembali satu atau dua minggu kemudian.
Apakah Ductography Menyakitkan?
Prosedur ductography dapat memberikan sedikit rasa tidak nyaman, namun secara keseluruhan tidak menyakitkan. Ductography akan lebih tidak nyaman, jika jumlah cairan yang keluar tidak cukup banyak karena akan menyulitkan dokter atau radiolog menemukan saluran mana yang menjadi sumber cairan. Kondisi ini akan membutuhkan pemeriksaan untuk menemukan saluaran yang tepat. Jika terdapat cairan yang cukup signifikan, jarum cannula lebih mudah dimasukan ke dalam saluaran payudara dan pasien pun hanya merasakan sedikit ketidaknyamanan.
Alat suntik digunakan untuk menyuntikkan media kontras melalui jarum cannula. Tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi menyebabkan sensasi “penuh” sama seperti saat payudara berisi ASI saat menyusui (laktasi). Jika pasien merasa “terlalu penuh” atau sakit saat media kontrasi disuntikkan, pasien harus memberitahu radiolog. Tujuan menyuntik penuh saluran aair susu dengan media kontras adalah untuk memperoleh gambar atau pencitraan sebagus mungkin. Sensasi tertekan atau penuh adalah tanda yang baik karena berarti saluran dalam kondisi penuh dan membesar (distended). Bagaimanapun juga, tetap harus hati-hati jangan sampai terlalu penuh karena justru dapat menghilangkan citra ketidaknormalan yang terjadi (terlalu kontras, sehingga noda/titik hitam justru tidak terlihat).
Proses Pengisian Cairan Radiopaque
Pada beberapa kasus, extravasation dapat terjadi selama ductography berlangsung. Extravasation adalah aliran media kontras dari saluran payudara keluar ke jaringan payudara di sekitarnya. Jika ini terjadi, cannula akan dilepas dan pasien diberi pengobatan penghilang rasa sakit (seperti ibuprofen) jika diperlukan. Prosedur akan dijadwalkan kembali, biasanya satu atau dua minggu kemudian. Untuk membantu meminimalkan terjadinya extravasation, ductography harus dilakukan oleh ahli radiologi dengan pengalaman yang signifikan terkait prosedur yang dilakukan.
Penanganan Apa yang Biasa Mengikuti Ductography?
Ductogram (juga disebut galactogram) sebagai hasil uji ductography, tidak selalu mampu mengidentifikasi penyebab nipple discharge. Mayoritas pasien yang menjalani ductography akhirnya memerlukan pembedahan untuk menangani cairan yang ada. Pembedahan dilakukan untuk mengambil papilloma dan bintil-bintil lainnya yang ada di dalam saluran payudara.
Pada beberapa kasus, pengangkatan seluruh saluran dilakukan. Sebagai contoh, beberapa pasien dengan duct ectasia (pelebaran dan pengerasan saluran air susu) memerlukan pembedahan untuk mengangkat saluran yang terganggu jika penangan yang lain, seperti kompres panas tidak bisa membantu.
Bahkan jika penyebab keluarnya cairan dari puting tetap belum diketahui setelah ductography, ductogram masih dapat membantu dokter bedah menemukan saluran yang terganggu, jadi hanya saluran tersebut saja yang perlu diangkat. Biasanya akan dibarengi dengan mencampur zat warna biru dalam media kontras radiografik sehingga dokter bedah dapat melihat saluran yang tidak normal tersebut adalah yang berwarna biru.
Beberapa dokter bedah merasa ductography tidak diperlukan sepanjang pasien cenderung memilih untuk menjalani pembedahan. Bagaimanapun juga, mengidentifikasikan tipe ketidaknormalan, jumlah ketidaknormalan, serta penyebarannya di dalam peyudara akan sangat membantu dalam membantu dokter bedah mengangkat sesedikit mungkin jaringan atau memastikan untuk mengangkat seluruh jaringan tekait dengan penyebaran ketidaknormalan yang ada.
Sumber :
http://www.about.breastcancer.com